Kamis, 30 September 2010 di 05.15 | 0 komentar  
Perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang iklim yang terjadi dalam waktu yang cukup lama. Perubahan iklim dapat terjadi pada sebahagian daerah bumi maupun pada seluruh bagian bumi. Perubahan iklim dapat menyebabkan perubahan-perubahan keadaan yang ada di bumi seperti kenaikan temperatur (meningkatnya pemanasan),perubahan waktu pergantian musim, perubahan permukaan air laut, perubahan luasan salju dikutup utara serta perubahan kegiatan atau kegiatan manusia akibat dari menyesuaikan kondisi dengan alam.
Berikut adalah beberapa hal yang disebabkan oleh adanya perubahan iklim:

Meningkatnya pemanasan :
Sebelas dari dua belas tahun terakhir merupakan tahun-tahun terhangat dalam temperatur permukaan global sejak 1850. Tingkat pemanasan rata-rata selama lima puluh tahun terakhir hampir dua kali lipat dari rata-rata seratus tahun terakhir. Temperatur rata-rata global naik sebesar 0.74oC selama abad ke-20, dimana pemanasan lebih dirasakan pada daerah daratan daripada lautan.

Lebih banyak air, tetapi penyebarannya tidak merata :
Adanya peningkatan presipitasi pada beberapa dekade terakhir telah diamati di bagian Timur dari Amerika Utara dan Amerika Selatan, Eropa Utara, Asia Utara serta Asia Tengah. Tetapi pada daerah Sahel, Mediteranian, Afrika Selatan dan sebagian Asia Selatan mengalami pengurangan presipitasi. Sejak tahun 1970 telah terjadi kekeringan yang lebih kuat dan lebih lama.

Kenaikan permukaan Laut :
Saat ini dilaporkan tengah terjadi kenaikan muka laut dari abad ke-19 hingga abad ke-20, dan kenaikannya pada abad 20 adalah sebesar 0.17 meter. Pengamatan geologi mengindikasikan bahwa kenaikan muka laut pada 2000 tahun sebelumnya jauh lebih sedikit daripada kenaikan muka laut pada abad 20. Temperatur rata-rata laut global telah meningkat pada kedalaman paling sedikit 3000 meter.

Pengurangan tutupan salju :
Tutupan salju semakin sedikit di beberapa daerah, terutama pada saat musim semi. Sejak 1900, luasan maksimum daerah yang tertutup salju pada musim dingin/semi telah berkurang sekitar 7% pada Belahan Bumi Utara dan sungai-sungai akan lebih lambat membeku (5.8 hari lebih lambat daripada satu abad yang lalu) dan mencair lebih cepat 6.5 hari.

Gletser yang mencair :
Pegunungan gletser dan tutupan salju rata-rata berkurang pada kedua belahan bumi dan memiliki kontribusi terhadap kenaikan muka laut sebesar 0.77 milimeter per tahun sejak 1993 – 2003. Berkurangnya lapisan es di Greenland dan Antartika berkontribusi sebesar 0.4 mm pertahun untuk kenaikan muka laut (antara 1993 – 2003).

Benua Arktik menghangat :
Temperatur rata-rata Benua Arktik mengalami peningkatan hingga mencapai dua kali lipat dari temperatur rata-rata seratus tahun terakhir. Data satelit yang diambil sejak 1978 menunjukkan bahwa luasan laut es rata-rata di Arktik telah berkurang sebesar 2.7% per dekade.
Sumber : Wikipedia, Sekilas tentang perubahan iklim.pdf, perubahan iklim
Diposting oleh Andi Muh Anshar An Najazi Label: , ,
Selasa, 28 September 2010 di 07.46 | 0 komentar  
Tahu adalah salah satu makanan tradisional yang biasa dikonsumsi setiap hari oleh orang Indonesia. Proses produksi tahu menhasilkan 2 jenis limbah, limbah padat dan limbah cairan. Pada umumnya, limbah padat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sedangkan limbah cair dibuang langsung ke lingkungan. Limbah cair pabrik tahu ini memiliki kandungan senyawa organik yang tinggi. Tanpa proses penanganan dengan baik, limbah tahu menyebabkan dampak negatif seperti polusi air, sumber penyakit, bau tidak sedap, meningkatkan pertumbuhan nyamuk, dan menurunkan estetika lingkungan sekitar.

Banyak pabrik tahu skala rumah tangga di Indonesia tidak memiliki proses pengolahan limbah cair. Ketidakinginan pemilik pabrik tahu untuk mengolah limbah cairnya disebabkan karena kompleks dan tidak efisiennya proses pengolahan limbah, ditambah lagi menghasilkan nilai tambah. Padahal, limbah cair pabrik tahu memiliki kandungan senyawa organik tinggi yang memiliki potensi untuk menghasilkan biogas melalui proses an-aerobik. Pada umumnya, biogas mengandung 50-80% metana, CO2, H2S dan sedikit air, yang bisa dijadikan sebagai pengganti minyak tanah atau LPG. Dengan mengkonversi limbah cair pabrik tahu menjadi biogas, pemilik pabrik tahu tidak hanya berkontribusi dalam menjaga lingkungan tetapi juga meningkatkan pendapatannya dengan mengurangi konsumsi bahan bakar pada proses pembuatan tahu.

Bahan baku yaitu dali limbah tahu cair menjadi Biogas

Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut air dadih. Cairan ini mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat segera terurai. Limbah cair ini sering dibuang secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan mencemari sungai. Sumber limbah cair lainnya berasal dari pencucian kedelai, pencucian peralatan proses, pencucian lantai dan pemasakan serta larutan bekas rendaman kedelai. Jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuat tahu kira-kira 15-20 l/kg bahan baku kedelai, sedangkan bahan pencemarnya kira-kira untuk TSS sebesar 30 kg/kg bahan baku kedelai, BOD 65 g/kg bahan baku kedelai dan COD 130 g/kg bahan baku kedelai (EMDI & BAPEDAL, 1994).

Pada industri tempe, sebagian besar limbah cair yang dihasilkan berasal dari lokasi pemasakan kedelai, pencucian kedelai, peralatan proses dan lantai. Karakter limbah cair yang dihasilkan berupa bahan organik padatan tersuspensi (kulit, selaput lendir dan bahan organik lain).

Industri pembuatan tahu dan tempe harus berhati-hati dalam program kebersihan pabrik dan pemeliharaan peralatan yang baik karena secara langsung hal tersebut dapat mengurangi kandungan bahan protein dan organik yang terbawa dalam limbah cair. Proses produksi

2. Penerapan Prinsip 3R pada Proses Pengolahan Limbah Tahu

· Reduce :

1. Pengolahan Limbah Secara Fisika

Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.

2. Pengolahan Limbah Secara Kimia

Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.

3. Pengolahan Limbah Secara Biologi

Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara nbiologi dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya.
Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu:

1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);

2. Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).

Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan.

· Reuse :

Limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan tahu dapat digunakan sebagai alternatif pakan ternak. Hal tersebut dilakukan karena dalam ampas tahu terdapat kandungan gizi. Yaitu, protein (23,55 persen), lemak (5,54 persen), karbohidrat (26,92 persen), abu (17,03 persen), serat kasar (16,53 persen), dan air (10,43 persen). Salah satu alasannya, selain untuk mengurangi pencemaran lingkungan, khususnya perairan.

· Recycle :

Larutan bekas pemasakan dan perendaman dapat didaur ulang kembali dan digunakan sebagai air pencucian awal kedelai. Perlakuan hati-hati juga dilakukan pada gumpalan tahu yang terbentuk dilakukan seefisien mungkin untuk mencegah protein yang terbawa dalam air dadih.

3. Materi

Perombakan (degradasi) limbah cair organik akan menghasilkan gas metana, karbondioksida dan gas-gas lain serta air. Perombakan tersebut dapat berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Pada proses aerobik limbah cair kontak dengan udara, sebaliknya pada kondisi anaerobik limbah cair tidak kontak dengan udara luar.

Biasanya biogas dibuat dari limbah peternakan yaitu kotoran hewan ternak maupun sisa makanan ternak, namun pada prinsipnya biogas dapat juga dibuat dari limbah cair. Biogas sebenarnya adalah gas metana (CH4). Gas metana bersifat tidak berbau, tidak berwarna dan sangat mudah terbakar. Pada umumnya di alam tidak berbentuk sebagai gas murni namun campuran gas lain yaitu metana sebesar 65%, karbondioksida 30%, hidrogen disulfida sebanyak 1% dan gas-gas lain dalam jumlah yang sangat kecil. Biogas sebanyak 1000 ft3 (28,32 m3) mempunyai nilai pembakaran yang sama dengan 6,4 galon (1 US gallon = 3,785 liter) butana atau 5,2 gallon gasolin (bensin) atau 4,6 gallon minyak diesel. Untuk memasak pada rumah tangga dengan 4-5 anggota keluarga cukup 150 ft3 per hari.

Proses dekomposisi limbah cair menjadi biogas memerlukan waktu sekitar 8-10 hari. Proses dekomposisi melibatkan beberapa mikroorganisme baik bakteri maupun jamur, antara lain :

a. Bakteri selulolitik

Bakteri selulolitik bertugas mencerna selulosa menjadi gula. Produk akhir yang dihasilkan akan mengalami perbedaan tergantung dari proses yang digunakan. Pada proses aerob dekomposisi limbah cair akan menghasilkan karbondioksida, air dan panas, sedangkan pada proses anaerobik produk akhirnya berupa karbondioksida, etanol dan panas.

b. Bakteri pembentuk asam

Bakteri pembentuk asam bertugas membentuk asam-asam organik seperti asam-asam butirat, propionat, laktat, asetat dan alkohol dari subtansi-subtansi polimer kompleks seperti protein, lemak dan karbohidrat. Proses ini memerlukan suasana yang anaerob. Tahap perombakan ini adalah tahap pertama dalam pembentukan biogas atau sering disebut tahap asidogenik.

c. Bakteri pembentuk metana

Golongan bakteri ini aktif merombak asetat menjadi gas metana dan karbondioksida. Tahap ini disebut metanogenik yang membutuhkan suasana yang anaerob, pH tidak boleh terlalu asam karena dapat mematikan bakteri metanogenik.

4. Biaya:

* Biaya Langsung

- Biaya bahan baku : Kacang Kedelai, mikroorganisme atau bakteri pendukung proses pengolahan

* Biaya tidak Langsung : upah pekerja, perawatan peralatan.

5. Energi

Penggunaan limbah tahu cair sebagai bahan baku pembuatan biogas memanfaatkan bahan-bahan yang dapat diperbaharui seperti penggunaan bakteri atau mikroorganisme pada proses pengolahannya. Sehingga pada proses pengolahan tersebut dapat mengemat energi.

5. Produk Baru

Produk yang dihasilkan dari pengolahan limbah tahu cair adalah biogas. Bio gas sangat bermanfaat bagi alat kebutuhan rumah tangga/kebutuhan sehari-hari, misalnya sebagai bahan bakar kompor (untuk memasak), lampu, penghangat ruangan/gasolec, suplai bahan bakar mesin diesel, untuk pengelasan (memotong besi), dan lain-lain. Sedangkan manfaat bagi lingkungan adalah dengan proses fermentasi oleh bakteri anaerob (Bakteri Methan) tingkat pengurangan pencemaran lingkungan dengan parameter BOD dan COD akan berkurang sampai dengan 98% dan air limbah telah memenuhi standard baku mutu pemerintah sehingga layak di buang ke sungai. Bio gas secara tidak langsung juga bermanfaat dalam penghematan energi yang berasal dari alam, khususnya sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (minyak bumi) sehingga sumber daya alam tersebut akan lebih hemat dalam penggunaannya dalam jangka waktu yang lebih lama lagi.

sumber http://onlinebuku.com/2009/01/15/limbah-tahu-cair-menjadi-biogas/
Diposting oleh Andi Muh Anshar An Najazi Label: , ,
Sepuluh isu lingkungan saat ini yang berkembang adalah;

1. Perubahan Iklim (Climate Change)
2. Energi (Energy)
3. Air (Water)
4. Keanekaragaman hayati dan Tata Guna Tanah (Biodiversity and Land Use)
5. Kimia, Toxics, dan Logam Berat (Chemicals, Toxics, and Heavy Metals)
6. Pencemaran udara (Air Pollution)
7. Manajemen Limbah (Waste Management)
8. Deplesi Lapisan ozon (Ozone Layer Depletion)
9. Lautan dan Perikanan (Oceans and Fisheries)
10. Deforestasi (Deforestation)

kesepuluh isu lingkungan ini menjadi pembahasan para pemerhati lingkungan diberbagai forum mulai dari konfrensi perubahan iklim di Bali tahun 2008 sebagai pengganti protokol Kyoto,seminal-seminar kimia yang bertaraf inter nasional maupun nasional serta diskusi yang berlangsung diruang kuliah dan warung kopi.
Dari hasil diskusi dan pembahasan tersebut telah muncul berbagai ide-ide kreatif, diantaranya adalah penggunaan bahan bakar ramah lingkungan, pembuatan peralatan yang bahan dasarnya bisa didaur ulang samapai pada ide untuk mencari sumber sumber energi yang bisa diperbaharui.
Namun demikian, masih sangat kurang tulisan maupun publikasi yang kemudian mencatat ide-ide brilian tersebut. Semoga kedepan makin banyak tulisan maupun publikasi tentang ide-ide kreatif dalam menanggulangi isu lingkungan yang ada yang lahir dari hasil diskusi pada forum-forum yang telah dilaksanakan sehingga kesadaran masyarakat khususnya di indonesia tentang lingkungan semakin meningkat....


Warkop Ondeng,Maros 28 September 2010
Diposting oleh Andi Muh Anshar An Najazi Label: , ,
Tanggal 16 September telah ditetapkan oleh Badan Umum PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa) pada tahun 1994 sebagai Hari Ozon Internasional. Tanggal tersebut merupakan hari ditandatanganinya Protokol Montreal pada tahun 1987, yang menjadi awal kerjasama internasional untuk mengendalikan produksi dan konsumsi Bahan Perusak Ozon (BPO). Protokol Montreal merupakan salah satu perjanjian internasional di bidang lingkungan yang bersifat universal karena telah diratifikasi oleh seluruh negara di dunia (196 negara) dan implementasinya yang menerapkan prinsip “common but differentiated responsibility” dinilai paling berhasil dengan adanya komitmen penuh dari negara maju maupun negara berkembang.

Protokol Montreal yang telah dilaksanakan oleh masyarakat dunia selama 23 tahun telah menunjukkan kemajuan yang cukup berarti. Hasil pengamatan kondisi lapisan ozon tahun 2009 menunjukkan bahwa lubang ozon pada kondisi yang paling kritis di tahun lalu masih mencapai luas 23 juta km2. Data tersebut merupakan bukti nyata bahwa implementasi Protokol Montreal berhasil mencegah lubang ozon semakin membesar. Pada tahun-tahun sebelumnya, lubang ozon pernah mencapai luas 29 juta km2. Konsentrasi ozon yang paling rendah di tahun lalu terjadi pada tanggal 26 September 2009, yaitu sebesar 94 Dobson Unit (DU). Lapisan ozon dikatakan sudah membentuk lubang jika konsentrasinya dibawah 220 DU.

Produksi dan konsumsi BPO jenis utama di seluruh dunia sudah berhasil dikurangi 98%. Indonesia saat ini telah melarang impor BPO jenis CFC, Halon, Carbon Tetraklorida, Metil Kloroform serta membatasi impor Metil Bromida hanya untuk fumigasi karantina dan pra-pengapalan

Tema peringatan Hari Ozon ditentukan setiap tahun berdasarkan fokus kegiatan di tahun berjalan atau refleksi dari kemajuan yang telah dicapai. Untuk 2010 Sekretariat Ozon telah menetapkan tema “Ozone Layer Protection: Governance and Compliance at Their Best”. Tema peringatan hari ozon tahun 2010 mengandung makna bahwa keberhasilan implementasi dan penataan Protokol Montreal tercapai melalui pelaksanaan tata pemerintahan yang baik (good governance). Kepercayaan, keyakinan dan komitmen seluruh pihak telah terbangun untuk menghadapi tantangan program selanjutnya. Protokol Montreal diakui sebagai salah satu perjanjian multilateral bidang lingkungan yang paling efektif serta dapat menjadi contoh keberhasilan kerjasama dan kemitraan internasional untuk melindungi komunitas global.

Peringatan Hari Ozon Internasional 2010 diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai momen untuk menegaskan kembali komitmen nasional dalam mendukung upaya perlindungan lapisan ozon. Kerjasama baik yang telah terjalin antar instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah diharapkan dapat dilanjutkan dan ditingkatkan untuk memastikan terpenuhinya kewajiban Indonesia sebagai negara pihak dalam menghapuskan konsumsi BPO sesuai ketentuan Protokol Montreal.

Tantangan berikutnya yang dihadapi Indonesia dan juga negara lainnya adalah penaatan terhadap target pengurangan konsumsi HCFC. Sesuai ketentuan Protokol Montreal, konsumsi HCFC di negara berkembang harus dikendalikan dan dikurangi secara bertahap mulai tahun 2013 sampai tahun 2040. Konsumsi HCFC di Indonesia sudah teridentifikasi secara luas digunakan di sektor Air Conditioner (AC), Refrigerasi, Busa (Foam), Pemadam api dan Pelarut Kimia (Solvent). Hal lain yang perlu menjadi perhatian bersama adalah:

a. Peningkatan pengawasan terhadap pemasukan BPO yang sudah dihentikan impornya sehingga tidak terjadi peredaran BPO ilegal
b. Upaya penegakan hukum terhadap berbagai peraturan yang telah dikeluarkan Pemerintah terkait dengan pengendalian BPO
c. Pengawasan terhadap pengelolaan BPO yang masih tersimpan di sistem pendingin dan pemadam api bekas serta BPO bekas agar tidak terjadi pelepasan BPO ke udara.
d. Pengendalian penggunaan Metil Bromida dalam kegiatan fumigasi karantina dan pra-pengapalan.

Dukungan dan kerjasama seluruh pemangku kepentingan baik instansi pemerintah maupun dunia usaha, sangat diperlukan untuk keberhasilan pelaksanaan Protokol Montreal di Indonesia. Pemerintah Daerah diharapkan dapat mengefektifkan pembentukan Tim Teknis Perlindungan Lapisan Ozon di daerah untuk melaksanakan pengawasan peredaran dan penggunaan BPO di wilayah setempat berkoordinasi dengan instansi teknis terkait.

Seluruh pihak diharapkan dapat berpartisipasi aktif melaksanakan kegiatan peningkatan kesadaran dan penyebarluasan informasi dalam rangka peringatan Hari Ozon Internasional 2010. Dengan komitmen penuh seluruh negara pihak partisipasi aktif masyarakat dunia, lapisan ozon diperkirakan oleh para ahli baru akan pulih ke kondisi normal sekitar tahun 2050.

“OZON AMAN.........KITA NYAMAN”

Sumber : http://www.menlh.go.id
Diposting oleh Andi Muh Anshar An Najazi Label: ,
Pendahuluan

Di antara kerangka kerja Sustainable Organic laboratory Course (NOP), pencegahan dan pengurangan limbah merupakan suatu tujuan penting. Hal ini tentu saja diterapkan dalam penggunaan solven. Mengerjakan sintesis dengan bebas solven merupakan salah satu pendekatan untuk memenuhi tujuan tersebut. Hal tersebut bukan berarti secara otomatis ramah lingkungan, karena faktor-faktor lain seperti, working up, hasil, pasokan energi juga memainkan peranan penting. Dalam berbagai kasus orang tidak dapat meninggalkan renounce solven, tetapi jumlah solven yang berbeda sebaiknya dikurangi. Selanjutnya solven-solven yang digunakan harus dapat diterima di lingkungan.
Dengan menggunakan sedikit solven membuat kita lebih mudah untuk mengumpulkannya secara terpisah untuk didaur ulang. Ini merupakan ukuran penting untuk mereduksi volume solven yang digunakan. Untuk suatu daur ulang yang efektif misalnya dengan destilasi kolom solven harus dikumpulkan secara khusus dan cukup bersih. Ini merupakan prasyarat penting untuk meyakinkan kualitas solven daurulang tinggi sehingga dapat diterima oleh pengguna. Meskipun telah banyak usaha dilakukan namun masih akan tetap meninggalkan
suatu residu yang tidak dapat didaur ulang seperti sisa destilasi. Limbah jenis ini harus dibuang seperti solven yang mengandung halogen, solven bebas halogen atau campuran solven via university’s interim store.
Di kawasan industri dan komersial, solven yang digunakan dan campuran solven harus didaur ulang untuk digunakan kembali. Pengguna diminta untuk mengumpulkan secara terpisah solven yang digunakan menurut konstituen utamanya dan menggunakan kembali jika secara komersial menguntungkan dan jika ada pasar untuk produk daur ulang. Kondisi umum untuk daur ulang solven adalah berbeda antara industri kimia dan laboratorium riset dan pendidikan di universitas. Di dalam industri, relatif sedikit solven berbeda ada dalam volume besar. Oleh karena itu internal working up atau daur ulang eksternal sering menguntungkan. Suatu ”thermal reutilization” penggunaan kembali secara termal hanya diijinkan jika penggunaan kembali tidak dapat diterapkan untuk alasan yang berbeda. Untuk tujuan pembuangan akan dibedakan antara solven bebas halogen dan yang mengandung halogen. Solven organik yang digunakan terutama terdiri dari beberapa konstituen. Klasifikasi akan dilakukan menurut konstituen utama. Jika tidak memungkinkan untuk menandai mereka pada suatu limbah solven secara individu, maka solven keseluruhan akan diklasifikasikan sebagai ’campurna solven’
Dibandingkan dengan bidang aplikasi secara komersial, solven yang digunakan di laboratorium riset dan pendidikan di universitas lebih sedikit. Karena mereka biasanya terdiri dari campuran kompleks yang tidak didaur ulang tetapi dibuang di waktu lampau. Namun demikian dengan pengumpulan terpisah memungkinkan untuk melakukan suatu daur ulang yang menguntungkan, dimana kualitas solven daurulang yang diperoleh sering merupakan produk murni. Khususnya untuk laboratorium pendidikan di universitas untuk kimia berkelanjutan (sustainable chemistry), daur ulang dan penggunaan kembali solven yang digunakan seharusnya tidak hanya dilakukan untuk tujuan komersial dan lingkungan, tetapi juga untuk tujuan didaktik. Pengalaman yang diperoleh dari studi awal kimia dalam daur ulang dan pembuangan limbah dalam skala laboratorium mengakibatkan lulusan kimia nantinya dapat menerapkan prinsip ’green chemistry’ pada kehidupan profesional pada level produksi .
Paragraf berikut membahas lebih detil bagaimana solven dan campuran solven sering terjadi dalam praktek dalam synthetic laboratory courses dan saat melakukan analisis.
Deskripsi solven dan campuran solven
Solven yang mengandung halogen dan campuran solven
Solven yang mengandung halogen biasanya disingkat sebagai
- CFC (chlorinated fluorinated hydrocarbons)
- CHC (chlorinated hydrocarbons)
- HHC (halogenated hydrocarbons)
Bahan-bahan tersebut biasanya berbahaya atau toksik dan berbahaya pada air permukaan dan/atau atmosfir. Sebagai bahan yang membahayakan air mereka seharusnya tidak masuk limbah cair. Karena sifat-sifat bahaya mereka, maka ada hukum dan peraturan/keputusan untuk mengendalikan bahan-bahan tersebut (misalnya HKWAbfV- German Directive on the Disposal of Halogenated Spent Solvents, BGBI. I, p.1918, October 23, 1989). Oleh karena itu penggunaan HHC seharusnya ditinggalkan untuk tujuan pembersihan, apabila ada bahan pengganti yang tidak begitu bahaya.
Tetrakloro metana (tetrakloro karbon) dilarang digunakan sebagai solven sejak 1992. Menurut CFC-Halon-Prohibition-Ordinance, penggunaan CFC terhalogenasi penuh sebagai bahan pendingin dalam skala besar, sebagai agen pembersih dan sebagai solven tidak lagi diperbolehkan.
Solven bebas halogen dan campuran solven
Solven organik bebas halogen dapat dibagi menjadi beberapa grup sbb:
- hidrokarbon alifatik dan alisiklik
- hidrokarbon aromatik
-alkohol
-keton
-ester
-eter dan
-eter glikol
Disamping solven murni tersebut dan campuran yang tidak dapat dihindari dari sintesis kimia juga ada campuran khusus solven untuk aplikasi teknis seperti agen pelarutan untuk zat warna, resin, logam, dll.
Solven bebas halogen dapat juga berbahaya. Biasanya mereka sangat mudah terbakar, beberapa berbahaya dan beracun. Apabila solven tersebut cenderung mempengaruhi kondisi fisika, kimia dan biologi air (yang umumnya hidrokarbon aromatik dan eter yang berbeda), maka mereka diklasifikasikan sebagai bahan berbahaya untuk air dan tidak masuk limbah cair.
Daur ulang material solven yang digunakan
Solven yang dapat didaur ulang biasanya tidak diklasifikasi sebagai limbah dan seharusnya dimasukkan ke dalam recycling measures. Umumnya pengguna bahan berbahaya diwajibkan untuk mengumpulkan bahan yang dapat didaurulang seperti solven secara terpisah dan memperbaharui (misalnya by rectification) serta menggunakan kembali. Daur ulang material memiliki prioritas lebih tinggi terhadap pembuangan, apabila
- secara teknis memungkinkan
- biaya daur ulang dapat diterima dibanding dengan biaya pembuangan, dan
- ada pasar untuk bahan daur ulang
Kebutuhan daur ulang adalah penting paling tidak untuk bahan-bahan seperti hidrokatrbon terhalogenasi yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.
Solven organik biasanya dapat didaur ulang dengan mudah dan digunakan kembali dalam sintesis. Solven yang dikumpulkan secara terpisah dapat didaurulang dengan destilasi, bahkan jika mereka mengandung bahan-bahan lain dengan titik didih yang berbeda. Campuran solven-air dapat diregenerasi dengan cara tersebut. Dalam prakteknya, beberapa solven yang digunakan secara teratur pada volume besar dan mahal, dapat didaurulang dengan destilasi (misalnya metanol, etanol, aseton, asetonitril, xylene dan semua hidrokarbon terhalogenasi).
Central or decentral solvent recycling
Solven yang digunakan di laboratorium dapat didaur ulang dalam suatu unit pusat (central) atau pada situs secara decentral. Daur ulang decentral biasanya lebih menguntungkan , karena dalam daur ulang central terdapat beberapa masalah seperti pengumpulan non-typespecific karena pencampuran tempat pengumpulan. Kontaminasi solven dengan bahan asing kadang-kadang dapat membuat daur ulang menjadi sulit. Oleh karena itu daur ulang decentral pada tempat aslinya lebih disukai. Suatu pre-cleaning dapat dicapai hanya dengan menggunakan suatu evaporator. Tahap berikutnya destilasi kolom kemudian dapat dilakukan dengan lebih mudah.
Jika peralatan daur ulang tidak tersedia pada the site of formation, solven yang dipakai akan dikumpulkan dan didaur ulang dalam suatu unit central. Perlu ditekankan bahwa pengumpulan solven menurut tipe-khususnya merupakan hal penting untuk daur ulang. Untuk mendukung pengumpulan terpisah, volume tempat untuk jenis solven yang berbeda harus dibatasi 5-10 liter. Dengan mengurangi banyaknya proses pengisian probabilitas pencampuran dengan solven asing juga berkurang. Setelah pemurnian dengan destilasi kolom dalam suatu unit central, solven terdaur ulang dapat diberikan kembali ke penghasil limbah atau disediakan untuk fasilitas riset lain. Kondisi penting untuk daur ulang solven adalah kualitas setelah pemurnian dan seharusnya memenuhi persyaratan untuk dapat diterima pengguna
Bagaimana daur ulang solvent dapat dipraktekkan di universitas?
Daur ulang dan penggunaan kembali solven yang digunakan di laboratorium riset dan pendidikan biasanya memungkinkan dan dapat diterima. Solven yang digunakan membuat fraksi utama limbah di laboratorium kimia untuk riset dan pendidikan. Karena pengumpulan terpisah limbah berbahaya diatur oleh Peraturan tentang Bahan Berbahaya (the Ordinance on Hazardous Substances, GefStoffV) maka solven-solven yang terkumpul dapat dengan mudah didaur ulang secara decentral di level institusi. Dengan ini, laboratorium kimia dapat didesain dalam suatu cara yang berkesinambungan.
Integrasi daur ulang solven dalam laboratorium kimia
Partisipasi mahasiswa pada langkah pemurnian yang berbeda bermanfaat supaya peka untuk daur ulang yang aman dan dapat diterima lingkungan . Mereka dapat mempelajari pengumpulan terpisah dan pemanfaatan kembali solven. Berbagai usaha telah dibuat untuk pekerja, teknik dan energi untuk tahap daur ulang yang berbeda. Tujuannya adalah untuk menyelesaikan masalah penerimaan bahan daur ulang dalam praktek
Konsep sedikit jenis solvent sebagai dasar untuk mendaur ulang solven
Suatu pendekatan dasar untuk daur ulang adalah untuk mengurangi keragaman solven yang digunakan. Di antara kerangka kerja suatu laboratorium organik yang berkelanjutan seharusnya dicek dahulu apakah solven dalam jumlah besar yang biasa digunakan dapat dikurangi. Penggunaan 5-7 soven yang berbeda untuk semua eksperimen dapat membuat pengumpulan terpisah dan daur ulang menjadi lebih mudah.
Kriteria pemilihan solven yang digunakan adalah : aplikabilitas universal, polaritas, toksisitas, harga dan aspek keamanan seperti mudah terbakar, titik nyala/pengapian, dll. Solven aromatik seperti benzena dan toluen dapat ditinggalkan/dilepaskan dengan mudah. Dalam hal hidrokarbon terhalogenasi, penggunaan tetrakloro metana dilarang oleh hukum, kloroform dan dikloro metana seharusnya diganti dengan solven lain yang sesuai, jika memungkinkan.
Sifat-sifat untuk pemilihan solven:
- Kisaran kelarutan keseluruhan sesuai dengan hanya sedikit solven non-air
- Potensi resiko solven rendah, yaitu mereka sebaiknya diklasifikasi sebagai berbahaya atau kurang berbahaya menurut GefStoffV, dan mereka seharusnya tidak karsinogenik atau mutagenik
- Penanganan solven mudah dan aman
- Reaktivitas rendah
- Memiliki sifat daur ulang yang bagus, yaitu mereka mudah untuk memurnikan dan mengeringkan
- Beaya untuk pembelian dan pembuangan rendah
Solven berikut memenuhi persyarata tersebut di atas dan dapat diaplikasikan untuk berbagai reaksi. Potensi resiko rendah dan pencegahan solven terhalogenasi memiliki prioritas tinggi
- etil asetat (polar, non-protik)
- aseton (polar, non-protik)
- etanol (polar, protik; etanol cocok untuk mengganti metanol yang toksik)
- sikloheksana (non-polar, non-protik; sikloheksana mengganti benzena dan dapat digunakan sebagai azeotrope untuk membuang /menghilangkan air dengan destilasi. Dapat juga diterapkan dalam reaksi radikal bebas)
- tert-butilmetil eter (non polar, non-protik. Dapat mengganti dietil eter di hampir semua reaksi kecuali dalam reaksi Grignard)
Penggunaan hanya sedikit solven adalah mungkin di hampir semua bidang riset dan pendidikan (sintesis, kromatografi, ekstraksi). Penggunaan solven yang lain (pada volume kecil) harus dibatasi pada kasus dimana solven tersebut esensial. Suatu contoh untuk reaksi Grignard, yang memerlukan penggunaan solven polar bebas air, misalnya dietil eter atau tetrahidrofuran (THF).
Aspek-aspek koleksi terpisah dari solven yang digunakan untuk tujuan daur ulang
Untuk suatu daur ulang solven yang efektif perlu untuk mengumpulkan tipe-spesifik untuk mengurangi usaha pemurnian. Meskipun pada prinsipnya memungkinkan untuk memisahkan campuran dengan beberapa konstituen (≥3) menjadi komponen individu dengan ukuran kimia dan/atau fisika, adalah sangat rumit dan tidak ekonomis. Koleksi tipe-spesifik. Koleksi/pengumpulan terpisah seharusnya menghasilkan kumpulan yang terdiri dari sekurang-kurangnya 80% dari satu jenis solven pada fase introduksi. Selanjutnya tumpukan harus lebih bagus dari 90-95% yang terbentuk dari satu solven.
Untuk memenuhi tujuan tersebut disarankan untuk menyediakan di laboratorium beberapa kaleng/canister pengumpulan terpisah untuk setiap solven atau campuran solven yang digunakan (misalnya sikloheksana/etil asetat). Kaleng-kaleng tersebut sebaiknya memiliki volume 3-10 liter dan dilabeli dengan jelas dengan label yang tahan lama dan tahan solven.
Gambar berikut adalah contoh label tersebut pada kaleng pengumpulan.
Kaleng pengumpulaqn dengan ukuran terlalu besar adalah tidak bagus. Volume
seharusnya dibatasi sampai 5 liter. Dengan begitu, ruang yang diperlukan untuk tiap kaleng berkurang dan kaleng berbeda dapat disediakan untuk tipe solven yang berbeda. Selanjutnya, jumlah total solven mudah terbakar yang disimpan di laboratorium juga terbatas. Untuk kaleng ukuran besar berbagai prosedur pengisian diperlukan sampai kaleng penuh. Dengan begitu resiko pencampuran dengan solven asing juga meningkat. Tetapi, hal ini mempengaruhi kualitas solven daur ulang. Kaleng yang terlalu kecil juga tidak bagus karena mereka harus terlalu sering dikosongkan.

(Sumber : www.google.com/SolvenRecyclingDisposal_id.pdf)
Diposting oleh Andi Muh Anshar An Najazi Label:
Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger templates